SERANG, Kabarreformasi.com – Bank Indonesia (BI) Banten mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang untuk menciptakan iklim usaha komoditi yang kondusif. Hal tersebut guna mendukung upaya pengendalian inflasi yang melonjak tinggi sejak Juni lalu.
Kepala Tim Pengembangan Perumusan Kebijakan Bank Indonesia (BI) Banten, Lukman Hakim mengaku jika telur merupakan penyumbang angka inflasi, di samping daging ayam, cabai merah dan kentang.
“Pemerintah harusnya memperluas lahan produksi komoditi tersebut. Untuk telur dan ayam sendiri faktornya tentu pasokan lahan peternakan ayam dan lahan pertanian jagung untuk pakan hewan itu sendiri,” kata Lukman Hakim belum lama ini.
Di samping itu, lanjutnya, peternakan ayam sendiri merupakan konsumen dari petani jagung. Putusnya rantai kebutuhan ini turut menyumbang potensi kenaikan harga jagung sebagai bahan baku pakan ternak.
“Untuk angka inflasi di wilayah Serang sendiri saat ini mencapai 0,11% dari sebelumnya sempat menginjak angka 0,35%,” tuturnya.
Pantauan wartawan pada sejumlah pasar di wilayah Serang, harga jual konsumen telur ayam negeri dikeluhkan oleh pedagang. Salah satunya Hamid, seorang pedagang telur ayam di kawasan Pasar Induk Rau (PIR) Kota Serang.
“Harga telur ayam negeri sekarang masih Rp30 ribu perkologram. Naiknya sejak lebaran haji. Sebelumnya Rp25 ribu perkilogram. Telurnya sulit didapat. Kami beli dari luar Banten. Ada dari Padang dan Lampung,” ujarnya.
Menurutnya, pasokan telur ayam negeri dari daerah seperti Kabupaten Serang menurun sehingga sulit didapat. “Untuk kualitas telur sendiri saya rasa sama. Cuman belakangan ini mau beli di Serang, entah kenapa sulit. Katanya sih kandangnya ada yang tutup,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Pemkab Serang mensegel kandang ayam petelur milik PT Suberejeki Baru Semesta di Kecamatan Cikeusa, yang memiliki kapasitas lebih dari 36 ton pertahun, akibat melanggar zonasi perizinan. (Mgr)